Senin, 26 Oktober 2009

Ganggang Bisa Jadi Energi dan Senjata Melawan Perubahan Iklim

Dihimpit fluktuasi kenaikan bahan bakar minyak dunia dan buruknya perubahan iklim, para ahli menggenjot penelitian untuk mencari sumber energi baru yang terbarukan, dan ganggang sudah mulai dianggap sebagai salah satu hasilnya. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan minyak raksasa kelas kakap Exxon Mobil menggelontorkan investasi senilai 600 juta dollar untuk penelitian produksi bahan bakar cair yang dibuat dari ganggang. Saat diwawancarai wartawan New York Times, wakil kepala R&D (peneliti) Exxon, Emil Jacobs mengatakan bahwa perusahaannya telah melakukan penelitian terhadap potensi ganggang untuk sumber bahan bakar selama bertahun-tahun. Menurutnya, dibutuhkan sekitar 10 tahun lagi untuk mengembangkan industri bahan bakar ganggang ini menjadi produksi massal.

Ada yang lebih optimis daripada Jacobs. Direktur peneliti Florida International University di Miami, George Philippidis, mengatakan hal tersebut bisa diwujudkan dalam waktu beberapa tahun saja. Exxon memaparkan bahwa ganggang dapat memproduksi 2000 gallon bahan bakar (7.570 liter) per acre (0.4 hektar) produksi per tahun. Exxon bermitra dengan perusahaan bioteknologi California untuk mengembangkan penelitian ganggang guna mencari jalan yang paling hemat dan efektif untuk mengubah lipid (bahan organik yang mengandung lemak) dari ganggang menjadi bahan bakar, untuk diisi ke mobil, truk dan jet. Satu faktor yang positif juga ialah ganggang menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Seperti diketahui, karbon dioksida (CO2) adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil yang menyumbang dampak negatif pada perubahan iklim. Jadi, mengembangkan ganggang dalam jumlah besar berarti juga berkontribusi untuk meminimalisasi dampak buruk perubahan iklim tersebut.

Roy Swiger, peneliti molekul genetik dan kepala Institut Peneliti Midwest mengatakan bahwa ganggang sangatlah baik, cepat subur, mudah dikembangkan, berada dimana-mana, telah dianugerahkan alam bagi kita. Namu Swiger juga mengakui bahwa produksi massal ganggang untuk bahan bakar belum siap untuk saat ini. Meskipun mudah untuk menanam ganggang, biaya produksinya masih mencapai 100 dollar untuk menghasilkan satu galon bahan bakar dari ganggang – biaya produksinya masih sangat besar, peneliti harus bekerja lebih keras lagi untuk menemukan cara efektif untuk mengeringkan ganggang, mengekstrak lipid-nya, disinilah energi tersimpan. Swiger menggarisbawahi bahwa tidak sebanding bila orang memerlukan aliran listrik senilai 5 dollar untuk menjalankan mesin pengering ganggang, yang hanya menghasilkan bahan bakar senilai 1 dollar. Bila hasil penelitian kelak akan menemukan teknologi efektif bagi produksi bahan bakar ganggang, Swiger mengatakan mungkin masih 5 tahun lagi untuk menjadikan ongkos produksi sampai mencapai 40 dollar per galon.

Beberapa pebisnis lebih optimis. Paul Woods, kepala Florida-based Algenol Biofuels, mengatakan bahwa perusahaannya akan maju lebih dulu dalam pasar bahan bakar ganggang ini. Dia bahkan telah mematenkan teknologi untuk mengekstrak ethanol dari gangang, tanpa mengeringkannya dahulu. Perusahaan ini kemudian menggandeng Dow Chemical sebagai partner untuk membangun ladang percobaan, yang diharapkan dapat diluncurkan untuk produksi massal pada tahun 2011. Para ahli tidak yakin kalau bahan bakar ganggang bisa menggantikan bahan bakar fosil seluruhnya, namun mereka setuju bahwa ganggang adalah sumber yang baik untuk pakan ternak, industri kimia dan pupuk. Namun mereka senang bahwa semakin banyak para ilmuwan dan perusahaan-perusahaan minyak dunia yang terlibat dalam penelitian ganggang.

sumber : erabaru.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar