Senin, 20 Juli 2009

Ibnu Al-Jazzar Dokter Agung dari Benua Afrika


Ibnu Al-Jazzar Dokter Agung dari Benua Afrika

Algazir. Begitulah dunia Barat mengenal dokter Muslim legendaris dari Afrika Utara ini. Sejatinya, ia bernama lengkap Abu Ja’far Ahmad ibnu Ibrahim ibnu Abi Khalid Ibnu al-Jazzar al-Qairawani atau akrab disapa Al-Jazzar. Ia adalah dokter berpengaruh dan sangat populer di abad ke-10 M.Ibnu al-Jazzar adalah dokter kelahiran Qairawan (sekarang Tunisia) pada 898 M. Ia begitu terkenal berkat sederet karya yang ditulisnya mengenai pengobatan Islam. Dalam sejumlah literatur disebutkan bahwa Ibnu al-Jazzar berasal dari keluarga yang juga berkecimpung di bidang kedokteran.

Ibnu Juljul dalam karyanya Tabaqat al-atibba’ dan Ibnu Abi Usaybi’a dalam karyanya ‘Uyun al-Anba’ mengungkapkan keluarga al-Jazzar berkiprah dalam bidang pengobatan. Tak heran, jika sejak kecil al-Jazzar juga sudah tertarik pada bidang medis. Jacquart-Micheau dalam karyanya La Medecine Arahe mengungkapkan bahwa al-Jazzar merupakan murid seorang filsuf dan dokter Yahudi terkenal bernama Ishaq bin Sulayman al-Isra’ili (243H/855M- 343H/955M). Dari al-Isra’ili inilah al-Jazzar menimba ilmu kedokteran.

Sang guru juga sangat dikenal di dunia kedokteran Barat. Karya-karya al-Isra’ili telah diterjemahkan dalam bahasa Latin seperti al-Hummayat (tentang Demam) and al-Bawl (tentang Urine). Ibnu al-Jazzar memulai praktiknya sebagai dokter di tanah kelahirannya Qairawan. Dengan penuh ketekunan dan ketelatenan, ia mengobati penduduk asli di wilayah tersebut. Dia melewati kehidupan yang keras. Selama masa hidupnya, dia mengabdikan dirinya untuk mempelajari dan mempraktikkan ilmu pengobatan atau kedokteran.

Setiap musim panas, ia melakukan perjalanan menjelajahi al-Munastir, di pesisir pantai Mediterania. Selama hidupnya, ia dikenal sebagai seorang dokter yang memiliki sifat yang baik. Meski profesinya sebagai seorang dokter begitu terhormat dan terpandang, namun dia tak silau dengan posisi dan jabatan yang menjanjikan. Berbeda dengan dokter lainnya yang berlomba mencari posisi sebagai dokter istana, ia justru lebih memilih melayani masyarakat biasa. Ibnu al-Jazzar sangat menyadari posisinya sebagai dokter, dia melakukan pengobatan dengan profesional. Dia melakukan praktik medis dengan menerima dan memeriksa pasiennya selama jam konsultasi, khususnya analisis masalah urin pasien.

Hebatnya, ia melayani pasiennya dengan penuh pengabdian. Setelah melakukan pemeriksaan, Ibn al-Jazzar memberikan obat-obatan yang diperlukan bagi pasiennya secara gratis. Sikap mulia ini yang membuat al-Jazzar selalu dikenang. Sayangnya, jejak kehidupan al-Jazzar tak terekam sejarah dengan baik. Tak ada catatan yang pasti mengenai tahun kelahiran dan wafatnya sang dokter agung dari benua Afrika Utara itu. “Banyak kebingungan masalah tahun kelahirannya (Ibnu al-Jazzar),” ujar Hajji Khalifah dalam karyanya bertajuk Kashf al-Zunun II.

Hajji menuturkan, ada tiga versi mengenai tahun yang sempat disebut-sebut sebagai tahun wafatnya Ibnu Al-Jazzar ini. Pertama, sebelum tahun 400H/1010M, kedua tahun 400 H/1010 M, dan ketiga setelah tahun ini. Sementara itu, Brockelmann (GI, 238), menyebutkan, al-Jazzar tutup usia pada tahun 395H/1004 M. Ilmuwan lainnya, seperti Idris mengadopsi pendapat Brockelmann soal tahun wafatnya al-Jazzar. Sedangkan Ibnu Juljul, merujuk pada karyanya bertajuk Tabaqat al-Atibba menyebutkan Ibnu Al-Jazzar meninggal pada 987 M. Sementara, Ibnu ‘Idhari dalam karyanya al-Bayan al-Mughrib I, mengatakan wafatnya Ibnu Al-Jazzar sekitar tahun 369 H/979M-980M. Namun, baru-baru ini ada bukti yang menunjukkan bahwa ia meninggal di kota kelahirannya di Qayrawan, sekitar tahun 979-980 M (369 H).

Adi Karya Ibnu Al-Jazzar

Ibnu al-Jazzar merupakan seorang penulis yang produktif dalam bidang kedokteran. Kitab-kitab yang ditulisnya begitu terkenal dan berpengaruh dalam dunia kedokteran Barat di abad pertengahan. Kitabnya al-Adwiya al-Mufrada (Treatise on Simple Drugs) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, Latin dan Ibrani dan dicetak beberapa kali. Karyanya menjadi sangat populer setelah diterjemahkan oleh Constantine, seorang ilmuwan asal Afrika, dengan judul Liber de Gradibus. Tak heran, jika kitab karya al-Jazzar itu menjadi begitu penting dalam dunia kedokteran Barat. Sejak mengenal kitab ini, dunia kedokteran Barat mulai mengenal pharmacopeia.

Karyanya yang lain adalah Tibb al-Fuqara‘ wa Al-Masakin (Medicine for the Poor). Kitab karya sang dokter agung itu telah dianalisis oleh Ed S Catahier dan JacquaI-Micheau dalam bentuk artikel ilmiah. Karyanya Ibnu al-Jazzar itu, kata Catahier, menjadi sebuah literatur yang populer khususnya selama abad pertengahan. Rocha Pereira dalam karyanya Obras Medicas de Pedro Hispanokarya, mengatakan, karya Ibnu al-Jazzar ini juga dilirik oleh Petrus dari Spanyol, seorang dokter dan filsuf yang menjadi Paus dengan nama John XXI.

Karya Ibnu al-Jazzar lainnya yang berpengaruh adalah Zad al-Musafir wa-Qut al-HadirZad Al-Musafir

Ullmann dalam karyanya Neues zu den diaetetischen Schriften des Rufus yon Ephesos, menjelaskan bahwa karya sang dokter Muslim itu terdiri dari tujuh volume buku. Kitab ini bukanlah merupakan buku panduan bagi wisatawan, tetapi merupakan buku panduan medis yang sistematis, membahas berbagai penyakit dan perawatan capite ad calcem (dari kepala ke ujung kaki) dalam tulisan yang begitu singkat. Karyanya itu berisi banyak kutipan yang berharga dari dokter dan filosof Yunani terkenal, seperti, Hippocrates, Aristotle, Rufus, Galen, Paulus dari Aegina, Palladios dan lainnya. Kitab yang berpengaruh itu mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada awal abad ke-11 M. Kitab ini didistribusikan secara luas.

Buku kedokteran yang ditulis Ibnu al-Jazzar ini begitu popular di kalangan Yahudi. Buktinya, kitab itu diterjemahkan sebanyak tiga kali ke dalam bahasa Ibrani. Pertama dialihbahasakan oleh seorang penerjemah anonim dengan judul Ya’ir Nativ pada 1224 M. Kedua, diterjemahkan Musa Ibnu Tibbon pada 1254 M bertajuk Zedatha-Derakhim. Ketiga dialihbahasakan Ben Abraham Ishak menjadi buku berjudul Zedah-la Orehim. Seperti halnya kitab al-Adwiya al-Mufrada, kitab kedokteran berjudul Zad al-Musafir ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Constantine pada 1124 M, dengan judul Viaticum peregrinantis. Tak pelak lagi, karya Ibnu al-Jazzar pun menjadi salah satu buku referensi kedokteran yang sangat berpengaruh bagi peradaban Eropa di abad pertengahan.

Buku tentang demam dan penyakit seksual karya Ibnu al-Jazzar juga telah diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Karyanya tersebut diterjemehkan oleh Gerrit Bos dengan judul Ibn al-Jazzar on Sexual Diseases: A Critical Edition of “Zad al-Musafir wa-Qut al-Hadir”: Provisions for the Traveller and Nourishment for the Sedentary. Buku tersebut juga sangat berpengaruh di Eropa. Pada abad ke-11 M, buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Pada abad ke-12 M, di Toledo, buku itu kemudian diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin oleh seorang penerjemah, bernama Lombard.

“Setelah diterima ke dalam apa yang disebut Articella atau Ars medicinae, ringkasan yang dibuat dari buku medis (karya Ibnu al-Jazzar), telah banyak digunakan di sekolah-sekolah medis (Salerno, Montpellier), dan di perguruan tinggi (Bologna, Paris, Oxford), ” jelas Dugat dalam karyanya Etudes sur le Traitc de Medecine d’ Abou Dja’far ahmad, Intitule: Zad al-Mozafir.

Ibnu al-Jazzar juga menulis sebuah risalah dalam pengobatan sifat pelupa berjudul Risalah fi al-Nisyan wa-‘Ilajih dan tips memperkuat daya ingat lewat Kitab al-Nisyan wa-Uruq Taqwiyat al-Dhakira. Kedua karya Ibnu al-Jazzar itu telah diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal itu diungkapkan oleh Gerrit Bos dalam karyanya Ibn al-Jazzar, Risala fi Alnisyan (Treatise on Forgetfulness). Selain itu, dia juga membuat buku tentang penyakit gangguan tidur (sleep disorder). Dia juga menyusun sebuah risalah dalam kasus angka kematian. Dia juga menulis buku tentang pediatrik (ilmu kesehatan anak anak), demam, penyakit seksual, pengobatan bagi si miskin. Risalah ini diringkas oleh Gerrit Bos menjadi "Ibn al-Jazzar on Medicine for the Poor and Destitute", dalam Journal of the American Oriental Society.

Dia juga menulis tentang terapeutik (nilai pengobatan), vaticum, coryza, penyakit perut, penyakit kusta, obatobatan terpisah, obat-obatan campuran dan ini ditambahkan dalam bukunya dalam wilayah keilmuan lain, misalnya sejarah binatang dan literatur. Ibnu al-Jazzar juga memiliki beberapa buku tentang geriatric medicine atau (ilmu kedokteran yang mempelajari tentang orang tua) dan kesehatan lansia (Kitab Tibb al-Mashayikh). Dengan demikian, betapa besarnya sumbangsih al-Jazzar bagi pengembangan dunia kedokteran modern. (Provisions for the Traveller and the Nourishment of the Settled). Kitab merupakan karyanya yang terbesar. Yang saat itu, sebagian besar ditulis masih dalam bentuk manuskrip (naskah).


Sumber : Republika Newsroom

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia


Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia
Dialah yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya.

Dunia Islam memanggilnya dengan nama Ibnu Sina. Namun di kalang an orangorang Barat, ia dikenal dengan panggil an Avicenna. Ia merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter pada abad ke-10. Selain itu, Ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Dan sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan. Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah Bapak Pengobatan Modern. Selain itu, masih banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya, terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari Balkh Khorasan adalah seorang pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M).
Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan.

Profesinya di bidang kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja. Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah.

Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan. Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya. Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni. Ia kemudian berguru kepada Al-Biruni.

Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalanannya untuk menuntut ilmu. Rayy dan Hamadan adalah kota selanjutnya, sebuah kota dimana karyanya yang spektakular Qanun fi Thib mulai ditulis. Di tempat ini pula Ibnu Sina banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan. Seakan tak pernah lelah, ia melanjutkan lagi pengembaraannya, kali ini daerah Iran menjadi tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu kedokteran khususnya. Tentu tak berlebihan bila Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Karena perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.

Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan. Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa berada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farmasi, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran. Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu Sina ini.

Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini di kenal dengan nama Sanati. Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia. Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, tapi ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna.

Mendapat banyak gelar
Kebesaran nama Ibnu Sina terlihat dari beberapa gelar yang diberikan orang kepadanya. Di bidang filsafat ia mendapat gelar asy-Syaikh ar-Rais (Guru Para Raja). Dalam bidang filsafat, ia memiliki pemikiran keagamaan yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya. Ketajaman pemikiran dan keda -laman keyakinan keagamaannya seca ra simultan mewarnai alam pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam berfilsafat. Sementara al-Gazali menjulukinya sebagai filsuf yang terlalu banyak berpikir.

Seperti pendahulunya, al-Farabi (870-950 M), Ibnu Sina mengakui bahwa alam diciptakan secara emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan menciptakan alam dalam arti memancarkannya. Ia juga mengemuka kan pemikiran filsafat tentang jiwa (annafs) dan kenabian. Ibnu Sina berpendapat bahwa nabi adalah manusia terunggul dan pilihan Tuhan. Filsuf hanya dapat menerima ilham, sedangkan nabi menerima wahyu. Oleh karena itu, ajaran nabi harus menjadi pedoman hidup manusia. Di bidang kedokteran ia mendapat julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para pembesar negeri pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan. Para pembesar negeri tersebut di antaranya Rtau Sayyidah serta Sultan Majdud dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadan, dan Alaud Dawla dari Isfahan. Karenanya dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai puncah atau Bapak ilmu kedokteran.

Bukan hanya dalam filsafat dan kedokteran saja Ibnu Sina memberikan andil dan pemikirannya. Ia juga turut serta ambil bagian dan memberikan andil pada berbagai ilmu pengetahuan pada zamannya, di antaranya yang menonjol adalah ilmu astronomi. Ibnu Sina menambahkan dalam bukunya al-Magest (buku tentang astronomi) berbagai problem yang belum dibahas, mengajukan beberapa keberatan Euclides, meragukan pandangan Aristoteles tentang kesamaan bintang-bintang tak bergerak, kesamaan satuan jaraknya, dan sebagainya. Untuk itu di dalam buku Asy-Syifa, ia menguraikan bahwa bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada pada satu globe. Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena atmosfer, seperti angin, awan, dan pelangi. Sementara orang yang sezaman dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian mereka.

Karya Sang Dokter

Sepanjang hayatnya, Ibnu Sina banyak menu lis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang yang ditekuninya. Jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku maupun risalah.

Karya-karyanya itu antara lain :

Qanun fi Thib
Kitab ini ditulis ketika ia menuntut ilmu di Rayy dan Hamadan. Qanun fi Thib yang dalam bahasa Inggris telah diterjemahkan dengan nama The Canon of Medicine, berisi tentang berbagai macam cara penyembuhan dan obat-obatan. Didalamnya tertulis jutaan item tentang pengobatan dan oabt-obatan. Karena itu, ada pula yang menamakan kitabnya ini sebagai Ensiklopedia Pengobatan.

Al-Magest
Buku ini berkaitan dengan bidang astronomi. Diantara isinya, bantahan terhadap pandangan Euclides, serta meragukan pandangan Aristoteles yang menyamakan bintang-bintang tak bergerak. Menurutnya, bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada dalam satu globe.

Asy-Syifa
Dalam buku Asy-Syifa ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan. Sama seperti Qanun fi Thib, kitab Asy-Syifa ini juga dikenal dalam dunia kedokteran sebagai Ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Kitab ini terdiri dari 18 jilid.

De Conglutineation Lagibum
Kitab ini ditulis dalam bahasa latin, yang membahas tentang masalah penciptaan alam. Diantaranya tentang asal nama gunung. Menurutnya, kemungkinan gunung tercipta karena dua sebab. Pertama, menggelembungnya kulit luar bumi lantaran goncangan hebat gempa. Dan kedua, karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses itu mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan
bumi.


Sumber : Republika Newsroom

Teknologi dalam Peradaban Islam

Teknologi dalam Peradaban Islam
Peradaban Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Bizantium dalam memandang teknologi. Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah. Fakta itu terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan.

''Para ilmuwan Muslim memberi perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah teoritis,'' ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam Islamic Technology: An Illustrated History.

Sejumlah kitab dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau kitab karya cendikiawan Muslim, seperti; Mafatih al-Ulum, karya al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya Ibnu Sina dan buku-buku lainnya. Simaklah penjelasan al-Amiri tentang mekanika dalam kitabnya yang bertajuk al-Ilam bimaqib al-Islam (Pengantar tentang Keunggulan-keunggulan Islam). Menurut al-Amiri, mekanika merupakan disiplin ilmu yang menerapkan matematika dan ilmu alam.

''Mekanika memungkinkan seseorang menaikkan air yang terpendam di bawah kulit bumi dan juga mengangkat air dengan kincir atau air mancur, mengakut barang-barang berat dengan sedikit tenaga, membangun lengkungan jembatan di atas sungai yang dalam dan melakukan berbagai hal lainnya,'' papar al-Amiri seperti dikutip al-Hassan dan Hill.

Al-Amiri berpendapat bahwa ilmu mekanika sebagai cabang matematika. Tak heran, jika ia memasukannya dalam sebuah kelompok bersama aritmatika, geometri, dan musik. ''Dari penyelidikan yang kami lakukan terhadap ilmu-ilmu matematika, dapat dikatakan bahwa sama sekali tak terdapat kontradiksi antara ilmu-ilmu tersebut dengan ilmu-ilmu keagamaan,'' tutur al-Amiri yang wafat pada 381 H/ 991 M.

Di era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Selain itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains.

''Teknologi-teknologi non-matematis seperti kimia, produksi industri dan pertanian juga telah dianggap sebagai sains,'' papar al-Hassan dan Hill. Pada era kejayaan peradaban Islam, ada pula topik-topik teknologis yang ditemukan pada subyek-subyek saintifik murni. Al-Hassan mencontohkan, hal itu terdapat pada ilmu obat-obatan. Buku-buku farmasi, di zaman itu, memuat informasi yang amat bermanfaat tentang sifat-sifat dan cara pembuatan berbagai produk organik dan anorganik.

''Aritmatika juga memuat kalkulasi teknik untuk para kekayasawan, sedangkan astronomi memiliki risalah-risalah tentang konstruksi alat ukur dan lainnya,'' ujar al-Hassan yang juga mantan direktur The Institute for the History of the Arabic Science, Universitas Aleppo itu. Begitulah cendekiawan Muslim di zaman kejayaan Islam menempatkan teknologi.

Rekayasawan di Era Kekhalifahan

Para penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat. Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim, pada masa itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan.

Al-Kindi, misalnya, selain dikenal sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah seorang rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan.

''Namun, beberapa tokoh seperti al-jazari mengkhususkan dirinya hanya sebagai rekayasawan,'' papar Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam Islamic Technology: An Illustrated History. Sebagian besar rekayasawan praktisi di era kejayaan Islam tak menulis buku, sehingga namanya kurang dikenal.

Salah satu cara yang mereka lakukan untuk mengabadikan namanya agar dikenal adalah dengan cara memahatkan namanya pada bangunan-bangunan yang mereka dirikan. Al-Hassan mencontohkan, pada gerbang kota Mardin di Diyar Bakr tergores sebuah tulisan bertarikh 197 H/910 M atas nama Khalifah al-Muqtadir bersama dua rekayasawan yang mendirikan bangunan itu.

''Salah satunya adalah Ahmad bin Jamil al-Muhandiz,'' tutur al-Hassan. Selain itu, para rekayasawan juga menulis istilah al-mi'mar untuk menyebut seorang arsitek. Sedangkan bagi matematikus-teknik, dikenal istilah al-hasib yang berarti ''orang yang menghitung''. Sedangkan rekayasawannya mendapat gelar hasib.

''Seorang hasib dan rekayasawan atau arsitek kadangkala bertemu untuk melakukan konsultasi bersama,'' ujar al-Hassan. Pada masa itu, sebagian rekayasawan berasal dari golongan pekerja. Mereka memulai sebagai pekerja bangunan, tukang kayu, atau pekerja mekanik. Setelah itu, mereka mempelajari rekayasa dan ilmu-ilmu lain untuk menjadi rekayasawan dan arsitek.

''Ada pula rekayasawan yang berasal dari ilmuwan yang mahir dalam berbagai bidang pertukangan, yang kadang kala mereka praktikkan,'' ungkap al-Hassan. Para rekayasawan Muslim tak hanya dihormati dalam masyarakat, tetapi juga menempati kedudukan tinggi dalam pemerintahan.

Rekayasawan yang mendapat posisi penting di pemerintahan antara lain Banu Musa bersaudara. Mereka sangat dihormati dan disukai Khalifah al-Ma'mun. Tak hanya itu, mereka juga memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan politik di Baghdad, pada zaman itu. Kadang kala, para rekayasawan dibuatkan kantor-kantor penting. Mereka juga diberi gaji serta penghargaan yang tinggi. Al-Hassan mengungkapkan, di istana Sultan Kerajaan Mamluk, terdapat kantor Muhandis Al Amair atau 'Arsitek Bangunan'. Dia bertanggung jawab atas semua bangunan dan penilaian bangunan, perencanaan kota.

Para rekayasawan di Kerajaan Mamluk diberi gelar oleh pejabat tinggi adtara lain dengan sebutan ''Yang Mulia, Yang Terhormat, Yang Terpercaya''. Pada saat-saat tertentu gelar itu bisa bertambah tinggi lagi. Untuk mengerjakan sebuah proyek atau pekerjaan yang sangat penting dibentuk komite rekayasawan. Komite ini bertugas untuk merancang dan mengawasi keseluruhan proyek. Hal itu terjadi saat Khalifah al-Mansur memutuskan untuk membangun kota Baghdad. Sebelum pembangunan dilakukan, Khalifah mengirimkan para rekayasawannya untuk melakukan studi banding ke berbagai negara Islam.

''Para rekayasawan juga bertindak pula sebagai kontraktor,'' ungkap al-Hassan. Contohnya, pemerintah meminta mereka untuk menggali sebuah kanal dalam waktu tertentu, dengan biaya yang ditentukan sebelumnya. ''Mereka akan mengalokasikan bagian-bagian pekerjaan itu pada subkontraktor.'' Sistem kerja ini telah dikenal masyarakat Islam di kota Baghdad sejak abad ke-9 M.

Sumbangan Para Rekayasawan dalam Teknik Sipil

Para rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung pencakar langit. Sejarah membuktikan, di era keemasannya peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.

Bendung jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu tak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.

Pencapaian lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu bertaburkan cahaya. Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia sebelumnya.


Sumber : Republika Newsroom

Ibnu Al-Shatir, Sang Penemu Jam Astrolab



Ibnu Al-Shatir, Sang Penemu Jam Astrolab

Peradaban Barat kerap mengklaim Nicolaus Copernicus (1473 – 1543 M) sebagai tokoh pencetus teori heliosentrisme Tata Surya. Sejarawan astronomi menemukan fakta, ide matematika antara buku Copernicus yang berjudul “De Revolutionibus” memiliki kesamaan dengan sebuah buku yang pernah ditulis seratus tahun sebelumnya oleh ilmuwan Muslim Arab, Ibnu Al-Shatir (1304-1375 M).

Kitab yang menjadi rujukan Copernicus itu bertajuk “Kitab Nihayat Al-Sul Fi Tashih al-Usul”.

Ibnu Al-Shatir merombak habis Teori Geosentris yang dicetuskan Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy (90 SM– 168 SM). Secara matematis, al-Shatir memperkenalkan adanya epicycle yang rumit (sistem lingkaran dalam lingkaran). Al-Shatir mencoba menjelaskan bagaimana gerak merkurius jika bumi menjadi pusat alam semestanya dan merkurius bergerak mengitari bumi.

Model bentuk Merkurius Ibnu al-Shatir menunjukkan penggandaan dari epicycle menggunakan Tusi-couple, sehingga menghilangkan eksentrik dan equant teori Ptolemaic. Menurut George Saliba dalam karyanya A History of Arabic Astronomy: Planetary Theories During the Golden Age of Islam, Kitab Nihayat al-Sul fi Tashih al-Usul, merupakan risalah astronomi Ibnu Al-Shatir yang paling penting.

"Dalam kitab itu, secara drastis ia mereformasi model matahari, bulan, dan planet Ptolemic. Dengan memperkenalkan sendiri model non-Ptolemic yang menghapuskan epicycle pada model matahari, yang menghapuskan eksentrik dan equant. Dengan memperkenalkan epicycle ekstra pada model planet melalui model Tusi-couple, dan yang menghilangkan semua eksentrik/eccentric, epicycle dan equant di model bulan," jelas Saliba.

Sebelumnya, aliran Maragha hanya berpatokan pada model yang sama dengan model Ptolemaic. Model geometris Ibnu al-Shatir merupakan karya pertama yang benar-benar unggul daripada model Ptolemaic karena modelnya ini lebih baik sesuai dengan pengamatan empiris.

Ibnu al-Shatir juga berhasil melakukan pemisahan filsafat alam dari astronomi dan menolak model empiris Ptolemic dibanding filsafat dasar. Tidak seperti astronomer sebelumnya, Ibnu al-Shatir tidak peduli dengan mempertahankan teori prinsip kosmologi atau filsafat alam (atau fisika Aristoteles), melainkan untuk memproduksi sebuah model yang lebih konsisten dengan pengamatan empiris.

Modelnya menjadi lebih baik sesuai dengan pengamatan empiris daripada model-model sebelumnya yang diproduksi sebelum dia. Saliba menambahkan karyanya tersebut menjadi karya penting dalam astronomi, yang dapat dianggap sebagai sebuah "Revolusi ilmiah sebelum Renaissance".

Dalam membuat model barunya tersebut, Ibnu al-Shatir melakukan pengujian dengan melakukan pengamatan empiris. Tidak seperti astronomer sebelumnya, Ibnu al-Shatir umumnya tidak keberatan terhadap falsafah astronomi Ptolemaic, tetapi ia ingin menguji seberapa jauh teori Ptolemy cocok dengan pengamatan empirisnya.

Dia menguji model Ptolemaic, dan jika ada yang tidak cocok dengan pengamatannya, maka ia akan merumuskan sendiri model non-Ptolemaic pada bagian yang tidak cocok dengan pengamatannya. Pengamatannya yang akurat membuatnya yakin untuk menghapus epicycle dalam model matahari Ptolemaic.

Ibnu al-Shatir juga merupakan astromer pertama yang memperkenalkan percobaan dalam teori planet untuk menguji model dasar empiris Ptolemaic. Saat menguji model matahari Ptolemaic, Ibnu al-Shatir memaparkan ''pengujian nilai Ptolemaic untuk bentuk dan ukuran matahari dengan menggunakan pengamatan gerhana bulan."

"Karyanya tentang percobaan dan pengamatannya memang telah musnah, namun buku The Final Quest Concerning the Rectification of Principles adalah milik al-Shatir,'' papar Saliba.
Itu berarti, pemikiran al-Shatir telah mempengaruhi Copernicus. Siapakah al-Shatir sebenarnya? Ilmuwan Muslim itu bernama Ala Al-Din Abu'l-Hasan Ali ibnu Ibrahim ibnu al-Shatir. Ia merupakan seorang astronomer Muslim Arab, ahli matematika, ahli mesin teknik dan penemu.

Pengaruh Karya Ibnu Al-Shatir

"Meskipun sistemnya merupakan geosentri yang kuat, dia telah menghapuskan equant dan accentric Ptolemaic dan rincian sistem matematikanya hampir serupa dengan karya Copernicus' De revolutionibus," jelas V Roberts and E. S. Kennedy dalam karyanya "The Planetary Theory of Ibn al-Shatir".

Menurut Saliba, model bulan Copernicus juga tidak berbeda dengan model Ibnu al-Shatir. Dengan demikian dapat percaya bahwa model Ibnu al-Shatir telah diadaptasi oleh Copernicus dalam model heliocentric.

"Walaupun masih belum jelas bagaimana ini dapat terjadi, diketahui bahwa manuskrip Byzantine Yunani yang berisi Tusi-couple tempat Ibnu al-Shatir bekerja telah mencapai Italia pada abad ke-15 M," jtutur AI Sabra dalam karyanya "Configuring the Universe: Aporetic, Problem Solving, and Kinematic Modeling as Themes of Arabic Astronomy".

Saliba menambahkan, diagram model heliocentric yang dikembangkan Copernicus, termasuk tanda-tanda dari poin, hampir sama dengan diagram dan tanda-tanda yang digunakan Ibnu al-Shatir pada model geosentrisnya. "Sehingga sangat mungkin bahwa Copernicus terpengaruh karya Ibnu al-Shatir," ujarnya.

YM Faruqi dalam karyanya " Contributions of Islamic scholars to the scientific enterprise",

Kontribusi Al-Shatir dalam Bidang Teknik


Jam Astrolab
David A King dalam bukunya bertajuk The Astronomy of the Mamluks menjelaskan bahwa Ibnu al-Shatir menemukan jam astrolabe pertama di awal abad ke-14 M.

Jam Matahari
Menurut catatan sejarah, sundial atau jam matahari merupakan jam tertua dalam peradaban manusia. Jam ini telah dikenal sejak tahun 3500 SM. Pembuatan jam matahari di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu al-Shatir, seorang ahli Astronomi Muslim ( 1304-1375 M). "Ibnu al-Shatir merakit jam matahari yang bagus sekali untuk menara Masjid Umayyah di Damaskus," ujar David A King dalam karyanya bertajuk The Astronomy of the Mamluks.

Berkat penemuannya itu, ia kemudian dikenal sebagai muwaqqit (pengatur waktu ibadah) pada Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. Jam yang dibuat Ibnu al-Shatir itu masih tergolong jam matahari kuno yang didasarkan pada garis jam lurus. Ibnu al-Shatir membagi waktu dalam sehari dengan 12 jam, pada musim dingin waktu pendek, sedangkan pada musim panas waktu lebih panjang. Jam mataharinya itu merupakan polar-axis sundial paling tua yang masih tetap eksis hingga kini.

"Jam mataharinya merupakan jam tertua polar-axis sundial yang masih ada. Konsep kemudian muncul di Barat jam matahari pada 1446," ungkap Jones, Lawrence dalam karyanya "The Sundial And Geometry".

Kompas
David A.King mengatakan Ibnu al-Shatir juga menemukan kompas, sebuah perangkat pengatur waktu yang menggabungkan jam matahari dan kompas magnetis pada awal abad ke-14 M.

Instrumen Universal

Ibnu al-Shatir menjelaskan instrumen astronomi lainnya yang ia disebut sebagai "instrumen universal''. Penemuan al-Shatir ini kemudian dikembangkan seorang astronomer dan rekayawasan legendaris di era kekhalifahan Turki Usmani, Taqi al-Din. Iinstrumen itu digunakandi observatorium al-Din Istanbul 1577-1580 M.
mengungkapkan, "Teori pergerakan bulan Ibnu al-Shatir sangat mirip dengan yang dicetuskan Copernicus sekitar 150 tahun kemudian". Begitulah Ilmuwan Muslim al-Shatir mampu memberi pengaruh bagi dunia Barat.

Hari Ini Matahari Tepat di Atas Kakbah


Hari Ini Matahari Tepat di Atas Kakbah

Pada Hari Rabu (15/7), yang bertepatan dengan tanggal 22 Rajab 1430 Hijriyah, Matahari akan tepat berada di atas Kakbah. Di kalangan ahli hisab, hari ini disebut yauma rashdil qiblah (hari menghadap kiblat).

Rashdul qiblat merupakan cara yang sangat sederhana, yakni pada setiap tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB atau pada setiap tanggal 16 Juli pukul 16.27 WIB, semua bayangan benda tegak lurus adalah arah qiblat, sebagaimana pendapat tokoh karismatik ilmu hisab KH Turaichan Kudus. Untuk tahun-tahun Kabisat dan setahun berikutnya tanggal ini kadang maju 1 hari (27 Mei dan 15 Juli). Walaupun pada dasarnya rashdul qiblat dapat dihitung dalam setiap harinya dengan mengetahui deklinasi matahari. Hanya saja penetapan dua hari rashdul qiblat oleh KH Turaichan di atas adalah atas pertimbangan yang lebih akurat dan realistis.

Cara ini memang cara yang paling tua namun akurat dalam pengukuran arah kiblat masjid. Cara ini pula yang dilakukan Wali Sanga dalam mengukur mesjid-mesjidnya sehingga tepat sampai sekarang. Mbah Bolong yang ahli hisab, salah seorang santri Sunan Ampel, mengukur arah kiblat Masjid Ampel Surabaya dengan cara ini. Dan perlu diketahui, sejak abad kedua Hijriah umat Islam sudah menguasai ilmu hisab.

Menurut Lajnah Falakiyah PBNU dalam Almanak 2009, Matahari akan tepat di atas Kakbah pada pukul 16.27 WIB, atau Dzuhur waktu di Arab Saudi. Pada saat itu, semua bayangan akan menghadap kiblat. Hal ini sangat tepat dipakai untuk mengukur arah kiblat yang benar. Bagi yang ingin membangun mesjid dan musalla, inilah saat yang tepat untuk menghadapkan ke kiblat, atau sekedar mencocokkan arah.

Sumber : Republika Newsroom

Urologi dalam Kitab Al-Hawi Karya Al-Razi

Urologi dalam Kitab Al-Hawi Karya Al-Razi

Al-Razi, Ibnu al-Jazzar, al-Zahrawi serta Ibnu Sina merupakan dokter-dokter Muslim legendaris yang lahir di era kekhalifahan. Nama dan buah pikir yang mereka sumbangkan bagi kemajuan peradaban manusia telah diakui masyarakat dunia dari zaman ke zaman. Kontribusi para dokter Muslim itu sangat besar pengaruhnya bagi dunia kedokteran modern. Salah satu sumbangan yang diberikan keempat dokter Muslim bagi dunia kedokteran modern adalah dalam bidang urologi. Urologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus menangani bedah ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Keempat dokter Muslim itu mengkaji dan membahas tentang urologi dalam buku kedokteran yang mereka tulis. Prof Rabie E Abdel-Halim dalam tulisannya bertajuk Paediatric Urology 1000 Years Ago,Kitab al-Hawi fi al-Tibb karya Al-Razi; Risala fi Siyasat as-Sibian wa-Tadbirihim, karya Ibnu al-Jazzar; Kitab at-Tasrif li-man 'Ajiza 'an at-Ta 'lif, karya Al-Zahrawi; dan Al-Qanun fi al-Tibb, karya Ibnu Sina.

Lalu bagaimana al-Razi mengupas urologi dalam kitabnya yang fenomenal al-Hawi fi al-Tibb?

Campbell DC dalam karyanya Arabian Medicine and Its Influence on the Middle Ages,al-Hawi yang terdiri dari 23 volume merupakan karya Al-Razi dokter Muslim yang hidup di Baghdad pada 841-926 M. Campbell menyebut al-Hawi sebagai sebuah ensiklopedia kedokteran dan operasi. "Dan ini merupakan kontribusi utama al-Razi pada bidang kedokteran," tutur Campbell. Dalam kitab itu, al-Razi mengkritik dunia kedokteran yang berkembang di Yunani dengan hasil pengamatannya yang sangat akurat. Ia telah mampu mengembangkan sebuah mode analisis yang di masa depan membentuk dasar penelitian ilmiah. Sejarawan kedokteran, Margotta R Cumston, karyanya An Illustrated History of Medicine, menyatakan, dokter-dokter Muslim di era keemasan Islam memiliki sejumlah kelebihan, yakni lebih teliti dan hati-hati dalam menganalisis, memiliki wawasan yang luas mengenai kedokteran Yunani serta mampu menggali bahan-bahan yang penting dan membuang bahan yang tak berguna.

Menurut Husain dan al-Okbey dalam karyanya Tibb ar-Razi Dirasa wa tahlil li-kitab al-Hawi,/ tidak seperti pendahulunya, al-Razi mengikuti skema asli dari metode pengklasifikasian penyakit menurut organ yang terpengaruh. "Dalam hal ini, ia menunjukkan kemampuan yang tertinggi sebagai seorang dokter dengan presentasi berbagai kondisi ilmu penyakit,'' imbuh Campbel dan Meyerhof M dalam karyanya berjudul Thirty-Three Clinical Observations by Rhazes (circa 900 AD).

Al-Razi biasanya mengkaji sebuah penyakit dari keluhan, kemudian dilakukan analisa awal dan akhir, menjelaskan tanda-tanda yang diperlukan untuk diagnosa. Dalam bidang urologi, al-Razi sudah mampu mendeteksi gejala yang berat pada penyakit pinggang. Ia sudah berhasil membedakan secara tepat antara ginjal dan batu ginjal atau pembengkakan.

"Perbedaan antara penyakit ini adalah dengan peradangan, bercampur dengan demam, kekerasan dan polyuria dengan frekuensi, dengan halangan, oliguria dan air seni yang jelas dan dengan batu, air seni yang baik atau tidak dan dengan sedimentasi yang mengandung pasir,'' papar al-Razi dalam kitabnya tersebut.

Desnos E dalam karyanya The History of Urology up to the Latter Half of the Nineteenth Century menjelaskan, meskipun Rufus of Ephesus telah membedakan antara vesical dan ginjal haematuria, al-Razi, juga yang memberi alasan physio-anatomis untuk perbedaan ini.

"Tiba-tiba haematuria dalam kaitan dengan pecahnya pembuluh ginjal seperti ini bukan kasus dalam kandung kemih. Ini tidak untuk pembuluh vesical memecahkan banyak darah yang datang ke situ terjadi pada ginjal. Dan ini adalah karena darah tidak disaring pada pembuluh dari kandung kemih, karena itu terjadi di pembuluh ginjal,'' ungkap al-Razi. ''Tetapi jumlah darah yang datang ke kandung kemih hanya cukup untuk gizi, sedangkan di ginjal, karena darah yang disaring di dalamnya dan kemudian pembuluh darah membesar dan banyak darah datang ke sana, jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk nutrisi. Juga pada pembuluh di kandung kemih tidak dekat dengan interior dan tidak didukung dengan pembuluh yang masuk ke dalam ginjal," jelas Al-Razi.

Al-Razi juga membedakan antara ginjal haematuria berkaitan dengan pemecahan pembuluh dan itu berkaitan dengan kongesti dengan peningkatan permeabilitas. Dalam bab tentang "menghentikan air seni," al-Razi berbeda pendapat dengan pendahulunya Celsus yang menulis di awal era Kristen, dan Paulus of Egina (625-690 M), keduanya hanya menyebutkan untuk penyimpanan air seni. Al-Razi membedakan antara penyimpanan dan anuria. Ia menyebutkan bahwa air seni berhenti karena kekurangan ginjal dan tanda pemberhentian dari air seni ini. Selain itu, tidak ada rasa sakit berat di bagian belakang dan bukan di pinggang, saluran kencing dan kandung kemih.

Rasa sakit di daerah pinggang, tutur dia, terjadi akibat kekosongan pada kandung kemih. Tetapi jika ia menjadi batu, tanda-tanda dari batu akan muncul sebelum itu. Dan jika ia menjadi bengkak panas, dengan rasa sakit ada beberapa denyut. Dan jika ia menjadi penyakit di ginjal kemudian itu hanya kekakuan. Menurut al-Razi, jika terjadi pembengkakan yang kuat, maka air seni tidak berhenti tiba-tiba, namun secara bertahap dan hanya dengan kekakuan. Dan jika akan pembekuan darah atau nanah, maka itu akan diawali oleh maag.

"Dan jika air seni dihentikan karena air seni petikan dari ginjal, kandung kemih akan kosong dan sakit di sepanjang saluran kencingnya itu karena ada penusukan dan penyulaman dan merupakan sakit yang berkelanjutan setelah itu, menggunakan kriteria sebelumnya dalam ginjal," papar Al-Razi.

Dengan gaya yang sama, ia membahas pengamatan klinis tentang penyimpanan. Menurut Husain dan Al-Okbey, al-Razi membedakan dengan presisi hebat antara ginjal vesical atau rasa sakit vesical dan sakit yang berkaitan dengan radang usus besar. Dia juga unggul dalam membedakan antara batu dormant dan pergerakannya, yang menggambarkan lokasi yang tepat selanjutnya. Radbill menyatakan bahwa al-Razi adalah orang yang pertama yang menjelaskan spina bifida. Al-Razi merupakan dokter pertama yang menggunakan enemas sebagai persiapan untuk operasi.

Ia juga tercatat sebagai dokter pertama yang berhasil menghancurkan batu besar dengan menggunakan gapit batu. Selain itu, al-Razi juga ditabalkan sebagai dokter pertama yang pertama kali menjelaskan Meatotomi.
mengungkapkan keberhasilan dunia kedokteran Muslim pada 1.000 tahun silam dalam bidang urologi. Keempat kitab kedokteran yang mengupas masalah urologi itu adalah; mengungkapkan, kitab

Kitab Rujukan Urologi Karya Dokter Muslim :

Risala fi Siyasat as-Sibian wa-Tadbirihim
Kitab ini merupakan karya Ibnu al-Jazzar atau al-Gizar (895-980 M). Kitab Siyasat as-Sibian wa-Tadbirihim, terdiri dari 22 bab. Buku kedokteran ini dianggap sebagai lanjutan dari perbedaan pediatri dari penyakit lain. Dalam satu bab khusus, kitab karya al-Jazzar ini membahas batu yang terdapat pada kandung kemih, termasuk aetiology, kejadian jenis kelamin, gejala dan tanda-tanda.


At-Tasrif li-Man 'Ajiza 'an al-Ta'lif
Kitab karya al-Zahrawi (930-1013 M) itu disebut Abouleish E dalam karyanya Contributions of Islam to Medicine Kitab at-Tasrif li-man 'ajiza' 'an at-Ta'lif sebagai karya terbesarnya dalam bidang pengobatan. Buku kedokteran yang terdiri dari 30 volume itu lebih cocok disebut sebagai ensiklopedia kedokteran dan operasi.

"Al-Zahrawi menjelaskan semua pengetahuan operasi sepanjang hidupnya dalam kitab sebanyak 30 jilid mengenai ensiklopedia kedokteran yang besar," imbuh Spink MS dalam Albucasis on Surgery and Instruments.

Sejumlah sejarawan telah menjelaskan jilid ini sebagai buku kedokteran pertama yang pertama memberikan penjelasan pengobatan lengkap yang rasional disertai ilustrasi, dan berbagai prosedur operasi dan instrumen. Pada bidang urologi, al-Zahrawi telah menemukan sebuah peralatan pengeboran untuk sebuah lubang pada batu urethal yang berbentuk seperti bor bernama Al-Michaab. Alat ini terbuat dari baja, dapat dianggap sebagai dasar lithotripsy. Al-Zahrawi juga merancang gunting khusus yang disebut Kalalib , yang digunakan menghancurkan vesical batu besar melalui perineal cystotomy.

Al-Qanun fi al-Tibb
Cumston menjelaskan Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M) dalam bidang urologi pada dasarnya mengikuti metode atau analisis al-Razi. Menurut Desnos, klasifikasi penyakit ginjal dan kandung kemih telah dijelaskan Ibnu Sina dalam Al-Qanun.

Gejala Batu Ginjal

Menurut Ibnu Sina, seseorang yang menderita batu ginjal akan merasakan rasa sakit. Rasa sakit akan tambah memburuk ketika batu mulai terbentuk atau saat batu itu turun menuju ke kandung kemih. Penderita batu ginjal, kata kedua dokter Muslim legendaris itu, akan merasakan betapa beratnya panggul mereka.

Ibnu Sina telah mampu membuat perbedaan yang jelas antara batu ginjal dan batu kandung kemih. Para dokter Muslim di zaman memang terbilang fenomenal. Saat dunia barat dikungkung kegelapan, mereka telah menguasai perbedaan beragam penyakit. Mereka telah mampu menjelaskan perbedaan diagnosis antara sakit usus dan sakit ginjal. Penjelasan yang dibuat seribu tahun lalu itu ternyata tak berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah kedokteran saat ini.

Sumber : Republika Newsroom

Minggu, 12 Juli 2009

Michael Jackson Dikubur Tanpa Otak?

Jacko alias Michael Jackson King of Pop segera dimakamkan dalam minggu ini. Informasi yang mengejutkan bahwa Jacko, akan dimakamkan tanpa otak. Atas izin keluarga, tim dokter mengambil bagian otak Raja Pop dunia ini untuk kepentingan investigasi dan analisa kesehatan. Juru bicara Los Angeles Coroner, Craig Harvey mengumumkan bahwa tim dokter dan ilmuwan akan melakukan uji coba neuropathology untuk penyelidikan otak lebih mendalam guna menguak tabir penyebab kematian sang bintang yang sebenarnya. Kabar yang beredar diantaranya ada yang menyebutkan bahwa Jacko meninggal karena overdosis obat penghilang rasa sakit. Para ilmuwan mengatakan, otak adalah sumber informasi lengkap yang bisa mengungkap kebenaran akan hal itu. Satu-satunya cara untuk mengetahui penyebab kematian Jacko yang sebenarnya adalah dengan mengambil otaknya.

Penjelasan dari salah satu ahli forensik sekaligus pathologist, Dr Cyril Wecht yaitu "Bagian otak tidak bisa dianalisa dan dites dengan sempurna saat masih berada di dalam tubuh manusia. Oleh karenanya, penyelidikan ini mengharuskan otak Jackson dipotong pada bagian spinal cord dan diangkat secara keseluruhan,". Otak yang akan diteliti bisanya akan ditempatkan dalam wadah plastik tertutup berisi cairan formaldehyde dan harus disimpan dalam sebuah lemari pendingin bersuhu 4 derajat celcius untuk membuatnya agar tetap awet dan tidak rusak.

Disamping itu Dr.Wecht mengklaim jika banyak orang yang tidak mengetahui bahwa otak sangat lembek. Sementara untuk menganalisanya, terlebih dahulu otak tersebut harus dalam keadaan yang cukup keras dan untuk itu membutuhkan waktu setidaknya sepuluh hingga dua minggu lamanya. Menurut Wecht otak Jacko nantinya akan dibagi menjadi beberapa bagian berukuran setengah inci. Setelah dianalisa secara kasat mata, baru kemudian akan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan mikroskop. Proses penganalisaan otak akan memakan waktu sekira 17 hingga 18 hari. Lamanya proses pemeriksaan ini membuat Jacko kemungkinan harus dikubur tanpa otaknya. Ini merupakan pilihan yang harus diambil keluarganya mengingat Jacko telah dibiarkan terlalu lama, sejak ia meninggal lebih dari seminggu yang lalu. Namun tim forensik menyatakan akan mengubur otak Jacko setelah penyelidikan selesai.

Sumber : Okezone.com

Bahan Bakar Mobil dengan Urine


Semakin menipisnya cadangan minyak bumi untuk keperluan bahan bakar, membuat para ahli putar otak untuk mengembangkan sumber energi terbarukan. Kini, ada penemuan terbaru yang memungkinkan bahan bakar kendaraan bermotor diganti oleh urine. Para ilmuwan telah menciptakan katalis yang bisa mengekstraksi sumber energi hidrogen yang berasal dari urine. Katalis tidak hanya bisa menjadi sumber energi bagi mobil berbahan bakar hidrogen di masa depan,tapi juga bisa membantu kebersihan lingkungan, terutama dalam hal penanganan limbah air. Gerardine Botte dan timnya dari Ohio University memanfaatkan pendekatan elektrolik untuk menghasilkan hidrogen dari urine. Zat urine yang merupakan limbah paling melimpah di dunia sebagian besar terdiri dari unsur urea. Sementara itu, urea merupakan unsur yang potensial untuk dijadikan sebagai hidrogen. Dalam setiap molekul urine, terdapat empat atom hidrogen yang saling bergabung. Atom hidrogen dalam urine lebih kuat dibandingkan dengan atom hidrogen dalam molekul air. Botte beserta timnya menggunakan elektrolisis untuk memisahkan molekul-molekul tersebut, untuk mengembangkan nikel berbasis elektroda guna mengoksidasi urea secara efisien. Selama proses elektrokimia, urea terserap oleh permukaan elektroda nikel yang kemudian mengalirkan elektron yang dibutuhkan untuk memecah molekul. Untuk memecah molekul tersebut, dibutuhkan tenaga listrik sebesar 0.37V. Sementara untuk memisahkan unsur air, memerlukan energi listrik kurang dari 1.23V.


Sumber : okezone.com

Galileo Galilei Temukan Neptunus 234 Tahun Lebih Awal


Ilmuwan dan Astronom kenamaan Italia, Galileo Galilei diperkirakan 234 tahun lebih awal menemukan planet Neptunus. Selama ini, informasi yang beredar menyebutkan planet ke delapan dalam sistem tata surya ditemukan oleh ahli matematika dan Astronom, Urbain Le Verrier, John Couch Adams dan Johann Galle pada 23 September 1846. Menurut kepala departemen Fisika University of Melbourne School, Professor David Jamieson, Galileo telah melakukan observasi tentang Neptunus lebih awal, pada tahun 1612 hingga 1613. Jamieson mengungkapkan hal tersebut, setelah melakukan penelitian terhadap sejumlah dokumen dan catatan harian milik Galileo. Dalam catatannya, Galileo mengungkapkan tentang adanya sebuah bintang redup yang bergerak pada malam, tanggal 28 Januari 1613. Galileo mungkin saja telah membuat sebuah hipotesa awal tentang penemuan planet baru yang ia temukan saat melakukan observasi tentang Jupiter selama bulan Januari tahun 1613. "Jika itu benar maka, Galileo telah menemukan planet Neptunus, 234 tahun sebelum planet tersebut ditemukan secara resmi," kata Jamieson seperti dilansir Softpedia,

Sumber : Okezone.com

Truk Sampah pun Dilengkapi GPS

Salah satu wilayah di India bernama Ahmedabad melengkapi armada truk pengangkut sampah dengan teknologi GPS (Global Positioning System). Namun Ahmedabad Municipal Corporation (AMC) sebagai penyelenggara ide ini baru bisa mengoperasikan 35 unit truk sampah berteknologi GPS yang mereka beli dari dana bantuan Jawaharlal Nehru National Urban Renewal Mission (JNNURM). Truk pengangkut sampah yang telah terinstal teknologi GPS ini akan beroperasi di zona-zona yang menjadi bagian khusus dari proyek pembersihan lingkungan. Dengan adanya fasilitas GPS ini akan membantu menentukan dengan tepat lokasi dimana sampah-sampah banyak dibuang serta mengetahui jarak perjalanan yang ditempuh. AMC juga telah membuktikan bahwa GPS menyediakan data bermanfaat bagi model program pembersihan sampah kota yang efektif. AMC berencana untuk membeli 400 truk GPS sebagai bagian dari rencana yang telah disusun bersama dengan JNNURM untuk kemudian memperluas wilayah pengoperasian truk sampah ini.

Sumber : okezone.com